Didirikan Para Hartawan dan Tadulako
Masjid ini terletak di Kampung Baru, Kabupaten Donggala, Palu, Sulawesi
Tenggara. Didirikan pada tahun 1901 oleh seorang bangsawan Bugis yang
kaya raya bernama Madika Jojokodi (1822-1890) dengan dibantu oleh
seluruh paranaka (puak) yang terdiri atas kaum hartawan dan tadulako.
Keterlibatan para bangsawan termasuk raja-raja dalam mengembangkan siar
Islam sangat penting artinya untuk meneguhkan dan memperkokoh agama
Islam.
Kehadiran Masjid Jami Kampung Baru ini tidak dapat dilepaskan dari
penyebaran agama Islam di daerah Donggala. Dalam buku Sejarah Islam di
Indonesia karangan Prof. Dr. Hamka (almarhum) disebutkan, Islam di
Donggala pertama kali masuk pada abad ke-18, dibawa oleh Syekh Abdullah
Raqii, seorang mubalig dari Sumatra barat yang ber¬gelar Dato Karama.
Kemudian, pada masa berikutnya dakwah Islam dikembangkan oleh para
pedagang Bugis dan Arab.
Peranan para pedagang Bugis dan Arab dalam mengembangkan dakwah Islam
sangat penting artinya dalam penyebaran Islam sampai ke daerah
pedalaman yang belum tersentuh dakwah. Kalau pedagang Bugis umumnya
menyebar di daerah pesisir (pantai) maka pedagang Arab menyebar sampai
jauh ke pedalaman.
Maka, sangat wajar jika para bangsawan Bugis itu mendirikan sebuah
masjid sebagai tempat beribadah sekaligus tempat membina umat. Dari
segi arsitektur, masjid ini terbilang cukup modem, tentu jika diukur
dengan kondisi pada waktu itu, tahun 1901. Fisik bangunannya terbuat
dari tembok dengan beton bertulang.
Kubahnya terbuat dari seng, termasuk juga atapnya. Dalam perkembangan
selanjutnya, oleh para keturunan (ahli waris) Madika Jojokodi, yakni
Parampasi, dibantu oleh dua orang tokoh agama, yakni Haji Ibrahim dan
Haji Mongki, dilakukan beberapa perbaikan dan juga perluasan bangunan,
termasuk dibangunnya dua buah menara masjid.
Maka, untuk mengenang para tokoh yang berjasa terhadap Masjid Jami
Kampung Baru tersebut, jenazah mereka dimakamkan di halaman masjid
bagian belakang. Termasuk juga imam-imam masjid yang sejak didirikan
sampai hari ini sudah dijabat oleh 16 orang. Imam masjid yang pertama,
yakni Imam H. Alwi Intje Ote, juga dimakamkan di halaman belakang
Masjid Jami ini. Sedangkan, imam ke-16 sampai hari ini masih aktif,
yakni Imam H. Abdul Rasyid Daeng Matantu.
0 Comments