Subscribe Us

header ads

Masjid Baiturrahim Ulee Lheue Banda Aceh



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUSxPacC7Gsi8FkoRdPkCzTzGfoY0ir1qAwETPZ0ZJoofOLbrkn1kEFOiwxjzqKq8rsc12jxJC1xWKDYro2U-HJlzzRmsElQ5e9KcCSyRHRRiPhWtiggIsUXRceHHu3ExKdmX4Dfe5RO-p/s1600/001+20120518_061113_masjidulele2.jpgMasjid Baiturrahim Ulee Lheue – Siapa yang tidak mengenal masjid ini? Masjid Baiturrahim yang jika namanya di artikan secara umum, memiliki arti “rumah maha penyayang”. Masjid yang penuh akan cerita sejarah dan juga merupakan saksi bisu saat terjadinya bencana tsunami Aceh.
Masjid yang sudah berumur lebih dari se-abad ini selalu ramai saat jam sholat tiba, terutama saat menjelang magrib. Tidak hanya warga sekitar, bahkan wisatawan muslim yang berlibur ke lokasi ini pun akan menyempatkan diri untuk sholat di masjid ini. Tidak heran jika anda mengunjungi tempat ini, anda akan bertemu dengan para wisatawan lain, baik wisatawan asing maupun wisatawan Indonesia.
Lokasi dan Transportasi
Masjid Baiturrahim ini terletak tidak jauh dari Pantai Cermin Ulee Lheue, hanya berjarak sekitar 50 meter dari pantai, tepatnya di desa Ulee Lheue, kecamatan Meuraksa, kota Banda Aceh. Jika pengunjung berasal dari pusat kota, hanya berjarak sekitar 5 kilometer untuk menuju kesini.
Untuk pilihan transportasi, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi ataupun dengan naik angkutan umum,biasa masyarakat sekitar menyebutnya labi-labi. Jika pengunjung menggunakan kendaraan pribadi, maka dari pusat kota Banda Aceh pengunjung dapat melintasi sepanjang Jalan Sultan Iskandar Muda.
Perjalanan lebih kurang hanya memakan waktu 10 menit dan pengunjung akan sampai di bundaran Ulee Lheue, di sisi sebelah kiri bundaran akan tampak Masjid Baiturrahim tersebut.
Jika pengunjung menggunakan labi-labi, pengunjung dapat menuju terminal keudah yang berada di dalam kota Banda Aceh, disana pengunjung tinggal naik labi-labi dengan trayek terminal keudah – Ulee Lheue. Tarif labi labi ini hanya sekitar Rp 5.000*) untuk menuju lokasi masjid.
Labi labi akan mengantar pengunjung dengan melalui rute dari terminal keudah menuju Jalan cut mutia, lalu menuju jalan tepi kali, kemudian ke jalan inpres. Selanjutnya melewati jalan diponegoro, jalan sultan mahmudsyah, jalan Muhammad jam, dan ke jalan abu lam U.
Terakhir ke jalan sultan iskandar muda. Saat berada di jalan sultan iskandar muda, pengunjung dapat berhenti di bundaran Ulee Lheue. Dari sisi sebelah kiri bundaran maka pengunjung akan melihat Masjid Baiturrahim ini.
Angkutan alternatif lainnya pengunjung dapat pula menggunakan becak motor, dengan tarif sebesar Rp 25.000*), pengunjung akan diantar sampai ke lokasi tujuan.
Sejarah singkat
Sebelum masjid ini bernama Masjid Baiturrahim, dulunya masjid ini bernama Masjid Jami’. Nama Masjid Jami’ adalah saat masa sultan Aceh pada abad ke 17. Dulu ketika Belanda membakar Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 1873, semua masyarakat sekitar terpaksa melakukan sholat jumat di wilayah Ulee Lheue, saat itulah nama Masjid Jami’ di ubah menjadi Masjid Baiturrahim Ulee Lheue.
Awal pembangunan masjid ini dulunya dibangun secara gotong royong oleh masyarakat Meuraksa, pembangunannya pun atas swadaya masyarakat sendiri, di bangun di atas tanah wakaf yang mana saat itu sekitar tahun 1923-1926 masehi dipimpin oleh Teuku Teungoh Meuraxa.
Masyarakat pada saat itu bergotong royong mengumpulkan dana untuk pembangunan masjid ini, baik laki laki maupun perempuan. Nelayan-nelayan yang baru pulang dari menjual hasil tangkapan ikannya, selalu memberikan sebagian hasil penjualannya untuk pembangunan masjid.
Para ibu ibu pun bergotong royong mengumpulkan beras, saat terkumpul banyak mereka serahkan kepada panitia pembangunan masjid ini. Sampai akhirnya pembangunan masjid ini selesai dan menjadi tempat ibadah masyarakat Meuraksa.
Masjid Baiturrahim ini sendiri sudah mengalami beberapa kali perbaikan, seiring dengan dimakannya usia bangunan. Pada awalnya masjid ini dibangun dengan material dari kayu. Karena terbuat dari kayu, maka bangunan masjid ini tidak bertahan lama dan akhirnya di robohkan. Baru kemudian pada tahun 1922 oleh pemerintah Hindia Belanda, masjid ini dibangun kembali dengan material yang terbuat dari batu bata dan semen, dengan memiliki kubah di puncak masjid yang berbentuk segi empat.
Masjid yang selesai dibangun ini berdiri kokoh selama 61 tahun, sampai akhirnya terjadi bencana alam yaitu gempa besar yang melanda Ulee Lheue. Gempa tersebut sempat merusak bangunan masjid dan merobohkan kubah yang berada di atasnya.
Hingga akhirnya kerajaan arab Saudi memberikan bantuan dana dan masyarakat membangun kembali masjid ini dengan meluaskan bangunan yang mampu menampung sekitar 1.500 jamaah dengan hanya memasang atap biasa di bagian puncak masjid.
Pada tahun 1993, masjid ini kembali di renovasi oleh pemerintah setempat. Badan masjid dibongkar kembali dan hanya menyisakan bagian depannya. Kemudian dibangun ulang dengan gaya arsitektur yang lebih megah.
Sampai akhirnya pada tahun 2004, bencana tsunami melanda daerah ini. Memporak poranda kan semua bangunan sekitar dan hanya menyisahkan bangunan masjid ini. Masjid Baiturrahim ini tetap berdiri kokoh, hanya terdapat kerusakan kerusakan kecil akibat bencana tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqdWm4t4Qx5C9Uv1fHzJ6KACUqibvalBwNL9Eh0Itsa5Q28x0cWChks1db_794qC-bIKmb6SV-PfnatEavHYOTgbwSnc8N1GrZeqiJFZ7D3XUItDiC7Ue3xkO_xl_RvoXPVNp5gmgwb4Q/s1600/8banda-aceh-afp-670.jpg

https://bandaacehkotamadani.files.wordpress.com/2012/08/mesjid-baiturrahim-ulee-lheue.jpg


https://aulia87.files.wordpress.com/2012/02/mesjid-ulee-lheu.jpg

 http://www.indonesiakaya.com/assets/imagesweb/_images_gallery/1367_2._Meski_Ulee_Lheue_menjadi_salah_satu_daerah_dampak_terparah_tsunami,_Masjid_Baiturrahim_tetap_berdiri_kokoh.jpg
Wisata
Pasca terjadinya tsunami tahun 2004 lalu, masjid bersejarah ini sekarang sudah diperbaiki kembali oleh pemerintah setempat. Di samping masjid sudah dibangun sebuah menara, dinding masjid yang berwarna putih dan jendelanya yang berwarna hijau, menambah kesan megahnya bangunan ini. Di dalam masjid juga sudah terdapat galeri foto sejarah masjid ini dari dulu hingga sekarang.
Pemerintah setempat sudah menjadikan lokasi ini salah satu objek wisata sejarah dan religi yang ada di Banda Aceh. Tak heran jika masjid ini sekarang menjadi ramai oleh kedatangan para wisatawan, baik wisatawan lokal, maupun wisatawan asing. Para petinggi dari berbagai Negara pun banyak yang sudah berkunjung kesini.
Masjid ini selalu ramai dikunjungi oleh para Jama’ah, baik berasal dari wilayah Aceh sendiri, ataupun wisatawan yang berkunjung ke Aceh. Masjid ini juga menjadi daya tarik wisatawan karena memiliki nilai sejarah serta keunikkannya adalah, ketika bencana alam dahsyat tahun 2004 silam, masjid ini masih berdiri kokoh ketika semua bangunan di sekitarnya telah hancur dan porak poranda.
Tips
1. Berpakaianlah yang sopan saat berkunjung kesini karena merupakan area masjid.
2. Selalu sediakan topi atau payung untuk melindungi anda dari panasnya cuaca di Banda Aceh.
3. Bawalah uang secukupnya.
4. Bagi wisatawan muslim, sempatkan sholat di masjid ini.
5. Bertanyalah dengan pengurus masjid jika ingin tau lebih dalam tentang sejarah Masjid Baiturrahim ini.
Jika anda akan berwisata ke Banda Aceh, objek wisata sejarah satu ini sangat sayang untuk dilewatkan, banyak pelajaran sejarah yang bisa anda dapatkan dan yang pastinya akan lebih meningkatkan keimanan anda kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selamat berwisata!

Post a Comment

0 Comments