Sejumlah tokoh masyarakat Jawa Timur yang
turut hadir diantaranya: HRP. Moch. Noer dan Mayjend. Pol. (Purn). Drs. H.
Sumarsono, SH., MBA. Sedangkan dari jajaran pengurus PITI dan Yayasan Haji
Mohammad Cheng Hoo Indonesia sendiri hadir : HM. Trisno Adi Tantiono (Ketua DPP
PITI), (Alm). H. Moch. Gozali (Ketua Korwil PITI Jawa Timur), and HMY. Bambang
Sujanto (Ketua Umum Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia).
Selain itu moment berharga ini juga
disaksikan oleh semua anggota PITI Surabaya dan Jawa Timur serta tokoh-tokoh
masyarakat di Surabaya.
Rancangan awal Masjid Mohammad Cheng Ho
Indonesia di Surabaya ini diilhami dari bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang
dibangun pada tahun 996 Masehi. Kemudian pengembangan disain arsitekturnya
dilakukan oleh Ir. Aziz Johan (Anggota PITI dari Bojonegoro) dan didukung oleh
tim teknis : HS. Willy Pangestu, Donny Asalim, SH., Ir. Tony Bagyo serta Ir.
Rachmat Kurnia dari jajaran pengurus PITI Jatim dan Yayasan Haji Mohammad Cheng
Hoo Indonesia.
Untuk pertama pembangunan ini, diperlukan
dana sebesar Rp 500,000,000 yang diperoleh dari jerih payah teman-teman dengan
menerbitkan buku ”Saudara Baru/Jus Amma” dalam tiga bahasa. Dan sisanya adalah
gotong royong dari sumbangan-sumbangan masyarakat hingga terselesaikannya
pembagunan Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia. Total keseluruhannya pembangunan
ini menelan biaya Rp 3,300,000,000 dengan luas tanah seluruhnya yaitu 3.070 m2
dengan status kepemilikan tanah SHM No. 502 atas nama H.M. Trisnoadi Tantiono
dan H.M.Y. Bambang Sujanto yang keduanya telah menerbitkan surat pernyataan
bahwa kepemilikan tanah tersebut adalah milik Yayasan Haji Mohammad Cheng Ho.
Seiring dengan dinyatakan selesainya tahap
pertama pembangunan Masjid ini pada tanggal 13 Oktober 2002, maka dilakukanlah
peresmian pembangunan Masjid (soft opening). Dengan selesainya tahap pertama
ini, Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia sudah dapat digunakan untuk beribadah
dan selanjutnya tinggal melakukan beberapa penyempurnaan bangunan Masjid. Oleh
seluruh anggota Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia dan PITI disepakati
tanggal tersebut sebagai hari ulang tahun Yayasan dan Masjid Muhammad Cheng Ho
Indonesia.
Pada tanggal 28 Mei 2003, bertepatan dengan
hari ulang tahun Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia yang ke 42, Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya diresmikan oleh
Menteri Agama RI, Bapak Prof. Dr. Said Agil Husain Al-Munawar, MA. Selain itu
acara peresmian ini dihadiri juga oleh Atase Kebudayaan Kedutaan Besar RRC di
Indonesia yaitu Mao Ji Cong, Vice Consultant Kedutaan Besar USA di Indonesia
yaitu Craig L. Hall, Gubernur Jawa Timur – H. Imam Utomo, anggota Muspida Jawa
Timur, Ketua NU Jawa Timur – Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si., Ketua
Muhammadiyah Jawa Timur kala itu – Prof. Dr. H. Fasichul Lisan, Apt., juga oleh
mantan Gubernur Jawa Timur yaitu H.R.P. Moch. Noer dan HM. Basofi Sudirman yang
bertindak sebagai Penasihat dan Pembina Yayasan Haji Mohammad Cheng Ho
Indonesia. Acara ini dimeriahkan pula oleh semua tokoh-tokoh masyarakat dan
organisasi masyarakat di Surabaya.
Secara keseluruhan Masjid Muhammad Cheng Ho
Indonesia berukuran 21 x 11 meter, dengan bangunan utama berukuran 11 x 9
meter. Pada sisi kiri dan kanan bangunan utama tersebut terdapat bangunan
pendukung yang tempatnya lebih rendah dari bangunan utama. Setiap bagian
bangunan Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia ini memiliki arti tersendiri,
misalnya ukuran bangunan utama. Panjang 11 meter pada bangunan utama Masjid
Muhammad Cheng Ho Indonesia ini menandakan bahwa Ka’bah saat pertama kali
dibangun oleh Nabi Ibrahim AS memiliki panjang dan lebar 11 meter, sedangkan
lebar 9 meter pada bangunan utama ini diambil dari keberadaan Walisongo dalam
melaksanakan syi’ar Islam di tanah Jawa. Arsitekturnya yang menyerupai model
kelenteng itu adalah gagasan untuk menunjukkan identitasnya sebagai muslim
Tionghoa (Islam Tiongkok) di Indonesia dan untuk mengenang leluhur warga
Tionghoa yang mayoritas beragama Budha.
Selain itu pada bagian atas bangunan utama
yang berbentuk segi 8 (pat kwa), angka 8 dalam bahasa Tionghoa disebut Fat yang
berarti jaya dan keberuntungan.Foto-Foto Masjid Cheng Ho Surabaya, Pandaan, Palembang dan Purbalingga
Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Jawa Timur
Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Jawa Timur
0 Comments