Subscribe Us

header ads

Masjid Agung Al-Fateh, Manama – Bahrain


Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain (foto dari albumislam.com)

Masjid Agung Al-Fateh berada di kota Manama, ibukota Bahrain yang di klaim sebagai salah satu masjid dengan ukuran terbesar di dunia, dengan ukuran 6500 meter persegi dan dapat menampung 7000 jemaah sekaligus. Meskipun disebut sebut sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, masjid Agung Al-Fateh kalah jauh bila dibandingkan dengan daya tampung Islamic Center Samarinda (Kalimantan Timur) yang memiliki kapasitas hinga 40 ribu jemaah sekaligus.

Sebagaimana disebut di situs resminya Masjid Agung Al-Fateh bernama resmi sebagai Ahmed Al-Fateh Islamic Center atau dalam bahasa Arabnya disebut sebagai Markaz Ahmad Alfatih Al-Islamiya. Namun lebih popular disebut sebagai Masjid Agung Al-Fateh atau Masjid Al-Fateh saja. Kehadiran masjid ini menambah serangkaian bangunan bangunan megah dan mendunia di Bahrain. Selain dikenal dengan Masjid Agung Al-Fateh, Bahrain dikenal dunia internasional dengan Sirkuit Formula Satu dan Jalan tol empat lajur lintas laut “The King Fahd Causeway” yang menghubungkan pulau Bahrain dengan Saudi Arabia di daratan utama semenanjung Arab.

Lokasi dan Alamat Masjid Agung Al-Fateh

Masjid ini berada di sebelah jalan raya King Faisal di daerah Juffair dalam kota Manama
Telepon : +973 1772 7773, fax: +973 1772 969.


Mengenal Bahrain

Bahrain merupakan kerajaan Islam yang berada di tengah tengah teluk Arab sebelah timur pantai barat Saudi Arabia atau di lepas pantai barat teluk Persia. Kerajaan Bahrain terdiri dari 36 pulau dengan luas keseluruhannya hanya seluas 711.9 km2, sedikit lebih kecil dibandingkan dengan luas propinsi DKI Jakarta (740,29 km2). Pulau terbesarnya adalah Pulau Bahrain (berukuran 18 km X 55 km), beberapa pulau pulau di Bahrain bahkan berukuran sangat kecil. Dengan luasnya itu Bahrain menjadi Negara dengan wilayah paling kecil di kawasan Arabia.

Bahrain Beribukota di Manama, Negara ini pada awal berdirinya berbentuk Ke-Emiran dan dipimpin oleh seorang Emir, namun sejak tahun 2002 memproklamirkan dirinya menjadi sebuah Kerajaan diperintah oleh keluarga kerajaan dari dinasti Al-Khalifa. Saat ini Bahrain dipimpin oleh King Hamad bin Issa Al-Khalifa.

Bahrain terhubung langsung ke Saudi Arabia di daratan utama semenanjung Arabia dengan jalan tol lintas laut bernama King Fahd Causeway diresmikan tahun 1986 dan merupakan causeway terpanjang di dunia. Tak sampai disitu, Bahrain juga berencana membangun causeway menghubungkan Negara itu dengan Qatar di selatan melalui jalur Causeway yang jauh lebih panjang.

Kata ‘Bahrain’ dalam bahasa Arab bermakna “dua laut” merujuk kepada sumber air panas tawar yang menyembur dari bawah permukaan laut yang asin, kawasan sekitar lokasi itu sangat popular bagi para penyelam mutiara dan menjadi salah satu tujuan wisata. Peradaban di Bahrain sudah dimulai sejak 5000 tahun lalu di zaman Sumeria Kuno, pendiri peradaban besar di kawasan Timur Tengah yang disebut sebagai Dilmun, Tanah Sakral bagi Kehidupan. Disebut sebut dalam legenda sebagai pulau surga, tak ada penyakit yang berjangkit dan penduduknya tak tersentuh kematian. Pada masa lalu letak dan berlimpahnya sumber air tawar menjadikan Bahrain sebagai pos perdagangan terpenting antara lembah Indus, Mesopotamia dan semenanjung Arabia.

Sama seperti Negara Negara tetangganya di Arabia, Bahrain saat ini menjelma menjadi sebuah negara super modern dengan gedung pencakar langit dan bangunan bangunan mengagumkan bertaburan di seantero negeri pulau itu. Termasuk bangunan bangunan masjid yang menawan dan mengundang decak kagum, salah satunya adalah masjid Agung Al-Fateh ini yang merupakan masjid Nasional Bahrain. Dalam dunia olahraga otomotif, Bahrain menjadi salah satu tuan rumah bagi penyelenggaraan seri Gran Prix Formula-1 di Bahrain Interational Circuit.

Sejarah Islam di Bahrain

Bahrain merupakan kawasan pertama di luar semenanjung Arabia yang menerima Islam. Sebelum masuknya islam ke kepulauan ini, rakyat Bahrain merupakan para penyembah berhala. Nama Bahrain sendiri kala itu dikenal dengan nama Pulau Awal, nama yang diambil dari nama berhala suku Wael. Islam masuk ke Bahrain semasa hidup baginda Rosullullah S.A.W. Adalah  Al-Ala’a Al-Hadhrami yang membawa surat ajakan ber-Islam dari Rosulullah S.A.W tiba di Bahrain pada tahun ke delapan hijirah. Al-Hadhrami menyampaikan surat baginda Rosul kepada Raja Bahrain, Al-Mundhir ibnu Sawa. Setelah berkonsultasi dengan para kepala suku yang ada Raja memutuskan menerima ajakan Rosulullah untuk ber-Islam.

Seiring dengan wafatnya Rosulullah S.A.W, dan 30 tahun masa kekuasaan khulafaur Rasyidin (Khalifah Abu Bakar R.A., Khalifah Umar R.A. Khalifah Usman R.A.,.dan Khalifah Ali R.A. Bahrain menjadi bagian dari wilayah dinasti Umayah dan Abasiah. Dari abad ke 7 hingga abad ke 13 Bahrain menjadi perhentian utama rute perdagangan antara Iraq dan anak benua India. Sebagai penghasil mutiara, Bahrain terkenal hingga ke pelosok emperium Islam sebagai permatanya ekonomi.

Melewati perjalanan berabad abad Bahrain kemudian dikuasai oleh berbagai Dinasti Arabia dan Persia silih berganti. Bahkan Portugis juga pernah menguasai kepulauan Bahrain selama 80 tahun di abad ke lima belas. Para penakluk, pedagang, petualang, para budak, kelompok agama yang ekstrim hingga para tentara bayaran pernah menjelajah di negeri pulau ini dalam upaya menemukan harta karun Bahrain.

Panorama Masjid Agung Al-Fateh (foto dari wired-destinations.com)

Kekuasaan Dinasti Al Khalifa

Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Khalifa yang biasa disebut sebagai Sheikh Ahmed Al-Fateh (Sang penakluk) dilahirkan di Kuwait pada sekitar paruh pertama abad ke 18 dan wafat pada sekitar tahun 1795. Kakeknya Khalifa adalah pendiri dari dinasti Khalifa yang memerintah di Bahrain. Sheikh Ahmed merupakan Penguasa Bahrain pertama dari dinasti Al-Khalifa dan merupakan moyang garis ke delapan dari King Hamad, Raja Bahrain saat ini.

Sheikh Ahmed mengikuti ayahandanya Muhammad ibnu Khalifa, dari Kuwait pindah ke Qatar dan mendirikan Zubara tahun 1762 CE yang kemudian menjadi perusahaan perdagangan serta pusat kebudayaan utama di kawasan Teluk Arabia. Manakala Muhammad ibn Khalifa wafat disekitar tahun 1775, kekuasaan beliau diteruskan oleh putranya yang lain, Sheikh khalifa, saudara dari Ahmed Al-Fateh. Kala itu Zubara benar benar telah berkembang pesat.

Masjid Agung Al-Fateh (foto dari britannica.com)

Dan ketika Sheikh Khalifa meninggalkan Zubara untuk menunaikan ibadah Haji ke Mekah, Nasir Ibnu Madhkur, Gubernur Bahrain yang kala itu dibawah kekuasaan Kerajaan Persia (Parsi, Kini menjadi Republik Islam Iran) menyerbu Zubara tahun 1782. Serbuan tersebut gagal total berkat perlawanan dari rakyat Zubara dibawah pimpinan Ahmad Al-Fateh yang tak lain adalah adik dari Sheik Khalifa. Setahun kemudian (tahun 1783) Sheikh Khalida wafat di Mekah dan kekuasaannya diteruskan oleh Adiknya Ahmad Al-Fateh yang telah berhasil menyelamatkan Zubara dari serbuan pasukan Persia.

Berhasil mengusir pasukan Persia yang mengurung Zubara dari Bahrain, Sheikh Ahmad Al-Fateh balik menyerbu Bahrain ditahun 1783, tahun yang sama dengan tahun kematian saudaranya di tanah suci Mekah. Bahrain takluk dibawah kekuasaan Ahmad Al-Fateh, dan beliau menjadi penguasa pertama disana dari dinasti Khalifa, dan keturunan beliau yang meneruskan kekuasaannya atas Bahrain hingga hari ini.

Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain (foto dari Panoramio)

Ketika Gaung Demokrasi Mengguncang Bahrain

Ketika demonstrasi besar besaran mengguncang Tunisia kemudian merembet ke Mesir dan Libya, rakyat Bahrain seperti tak mau kehilangan momen, turut mengelorakan perjuangan demokrasi di Negara tersebut. Demonstrasi panjang tersebut kemudian berujung kepada masuknya tentara Saudi Arabia ke Bahrain atas permintaan dari Raja Bahrain untuk memulihkan ketertiban dan keamanan di negeri pulau tersebut.

Sejarah Masjid Agung Al-Fateh

Masjid Agung Al-Fateh merupakan bagian dari Islamic Center Ahmad Al-Fateh. Pusat ke-Islaman ini termasuk di dalamnya adalah Masjid Agung Al-Fateh, pusat studi Al-Qur’an dan Perpustakaan Islam. Dibangun atas perintah dari Amir Bahrain, Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa. Proyek pembangunan kawasan ini dimulai dengan upacara peletakan batu pertama pada bulan Desember 1983. Proses pembangunannya dimulai tahun 1984 dan diresmikan langsung oleh beliau tahun 1988. Nama Al-Fateh yang melekat pada nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan kepada mendiang Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain.

foto sejarah : Foto atas adalah upacara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Al-Fateh pada bulan Desember 1983, foto bawah adalah Upacara Peresmian Masjid Agung Al-Fateh pada tahun 1988.
Masjid Agung Al-Fateh berukuran 6500 meter persegi mampu menampung 7000 jemaah sekaligus. Keseluruhan lantai masjid ditutup menggunakan batu pualam dari Italia termasuk beberapa bagian besar dindingnya, sedangkan lampu gantungnya dibuat khusus di Austria. Pintu pintu masjid ini dibuat dari bahan kayu teak wood dari India, kubah besar masjid dibuat dari bahan fiberglas, dan merupakan kubah fiberglass terbesar di dunia.

Masjid AGung Al-Fateh mengadopsi kebijakan memoderenisasi negaranya namun tetap memelihara dengan baik nilai nilai Islam dalam Karakter-nya sebagai Negara Arab. Islamic Center Ahmad Al-Fateh ini dibangun dengan misi merefleksikan dan mempromosikan kebijakan tersebut. Misi utama nya adalah memfasilitasi dan mempromosikan pemahaman yang benar dan akurat tentang Islam sambil berupaya menampilkan kerajaan Bahrain sebagai Negara Islam yang modern dan toleran dimana perbedaan dan komunitas yang multi budaya dapat hidup berdampingan dalam damai.

Bersambung ke Bagian II


Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain (foto dari Panoramio)

Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain (foto dari Panoramio)

Arsitektural Masjid Agung Al-Fateh

Sedangkan interior masjid dihias dengan lukisan kaligrafi dengan fola Kufi yang merupakan salah satu fola penulisan kaligrafi tertua di dunia. Masjid Agung Al-Fateh dibangun oleh mendiang Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa ditahun 1987 dan dinamai sesuai dengan nama dari Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain. Sejak tahun 2006, Masjid Agung Al-Fateh juga menjadi tempat bagi Perpustakaan Nasional Bahrain (National Library of Bahrain).

Seni Arsitektural Islami di Masjid Al-Fateh

Watak dari seni Islami berfokus kepada penggambaran pola pola tertentu dan kaligrafi arab, dan menghindari bentuk bentuk figure tertentu karena penggambaran figure manusia dalam seni ditakutkan akan menggiring kepada pengkultusan dan menggiring kepada kesyrikan. Demikian pula dengan seni islami yang di aplikasikan pada masjid Agung Al-Fateh di kota Manama ini, yang di dominasi oleh bentuk bentuk geometris dan pengulangan bentuk bentuk yang sudah ada serta seni Kaligrafi.

Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh, Manama (foto dari Flickr)
Bentuk Bentuk Geometris

Pola geometris mendominasi wajah masjid Agung Al-Fateh, mulai dari lantai pualamnya, karpet, dinding, hingga pintu dan jendela, meskipun sebenarnya karya seni pola geometris ini awalnya bukanlah bagian dari seni Islam, namun fakta bahwa seni merupakan bentuk ekspresi tidak dapat dipungkiri, interprestasi yang paling lumrah dari pola pola tersebut adalah bahwa “Tuhan yang maha kuasa memiliki kekuasaan yang tak terbatas, disimbolkan dalam pola geometri dengan pengulangan  pola geometris awal disusul yang berikutnya begitu seterusnya”.

Kaligrafi

Kaligrafi bagi seorang muslim merupakan bentuk ekspresi visual dalam konsep spiritual dengan mengambil ayat ayat suci Al-Qur’an sebagai materi utama, memainkan peran penting dalam melestarikan bahasa Arab Al-Qur’an ke dalam arsitektural Islam. Seni penulisan kaligrafi bergaya Kufi merupakan salah satu karya seni kaligrafi paling tua yang masih eksis dan menjadi rujukan utama bagi para kaligrafer dunia termasuk yang dikembangkan dan di gunakan di Masjid Agung Al-Fateh ini.

Ornamen indah di dalam kubah masjid Agung Al-Fateh, Manama, kaligrafi Kufi di ukir melingkar  pada cincin dalam kubah. (foto dari situs resmi masjid Al-Fateh)
Istilah Kufi diambil dari nama kota Kufa di Iraq, meskipun seni penulisan hurup arab jenis tersebut telah dikenal sejak zaman Mesopotamia setidaknya 100 tahun sebelum berdirinya kota Kufa. Seni Kufi terdiri dari garis garis lurus dan sudut, seringkali dengan persilangan horizontal dan vertical, jenis seni ini yang digunakan dalam penulisan Al-Qur’an untuk pertama kali ketika dibukukan sebagai sebuah mushaf. Hurup hurup itu masih digunakan di berbagai dunia islam melalui perjalanan panjang dan pada ahirnya melahirkan perbedaan diberbagai daerah.

Mihrab

Mimbar pada prinsipnya adalah sebuah ruang kecil di sisi kiblat sebuah masjid tempat khusus bagi imam saat memimpin sholat berjamaah. Mimbar di masjid Agung Al-Fateh dibuat seperti kebanyakan mimbar mimbar masjid Timur Tengah dengan  bentuk setengah lingkaran dengan tujuan agar suara imam memantul ke seantero ruangan. Mihrab di masjid ini hanya dipakai dalam sholat fardhu Jum’at dan dua hari raya. Di hari biasa disediakan tempat lebih ke tengah ruangan berupa bentuk mihrab movable dari kayu berukir.

Interior ruang utama masjid Agung Al-Fateh dengan lampu gantung utamanya, hamparan karpet yang dipesan khusus dari Eropa untuk memadukan warnanya dengan keseluruhan warna interior, mimbar dan Mihrab utama di sisi kiblat, dan mimbar dan sajadah imam di tengah ruang sholat untuk sholat harian. (foto dari firstpicture.net)
Mimbar

Mimbar di zaman Rosullulloh S.A.W berupa landasan dengan tiga anak tangga tempat  beliau menyampaikan khutbah. Dalam perkembangan selanjutnya mimbar berkembang sedemikian rupa dalam berbagai bentuk meski memiliki fungsi yang sama sebagai tempat khatib menyampaikan khutbah. Fungsi utama dari sebuah mimbar adalah memberikan tempat yang lebih tinggi bagi khatib saat menyampaikan khutbah agar terlihat dengan mudah oleh jemaah yang hadir dari segala penjuru.

Mimbar di Masjid Agung Al-Fateh dibuat dari kayu berukir dengan ukuran cukup tinggi. Tangga mimbar tidak diletakkan di sisi depan seperti kebanyakan mimbar di masjid masjid Mesir tapi di sisi samping mihrab, sedangkan sisi depan mihrab yang menhadap ke jemaah justru dipasang pagar berukir setinggi pinggang. Tempat diletakkannya perangkat microphone.

Mimbar Masjid Agung Al-Fateh (foto dari Flickr)

Menara Masjid Agung Al-Fateh

Selain kubah besar, fitur utama lain nya di masjid Al-fateh adalah bangunan menara kembarnya yang dibangun setinggi meter (230 kaki) dari permukaan terendah tempatnya berdiri. Menara pada prinsipnya memiliki dua fungsi utama yakni sebagai tempat muazin mengumandangkan azan di balkoni menara, dan, tentu saja sebagai salah satu penanda atau landmark. Seiring dengan ditemukannya teknologi pengeras suara, tak ada lagi muazin yang memanjat ke puncak menara untuk menyampaikan azan. Azan dikumandangkan dari dalam masjid dan diteruskan ke perangkat pengeras suara di menara dan seantero masjid.

Sahn / Courtyard / Halaman Tengah

Sahn dalam istilah arsitektural Islam adalah sebuah courtyard atau halaman tengah. Aslinya Sahn digunakan pada bangunan hunian, kebanyakan digunakan pada bangunan istana dan hunian sebagai semuan taman pribadi sang pemilik. Dalam perkembangannya Sahn digunakan diberbagai bangunan. Penggunaan Sahn dalam dunia arsitektur lebih kepada fungsionalnya sebagai ruang terbuka bagi sebuah komplek bangunan untuk memberikan ruang bagi fungsi ventilasi bangunan.

salah satu sudut Sahn di Masjid Agung Al-Fateh (foto dari Flickr)
Sahn secar berkelanjutan digunakan dalam dunia arsitektural hingga pertengahan abad ke 20, ketika arsitektural modern mula menggunakannya pada hampir semua bangunan publik selain bangunan hunian. Di berbagai masjid sahn dipadu dengan dengan arkade disekelilingnya, memberikan keindahan tersendiri bagi induk bangunan, seperti yang terdapat pada Masjid Agung Al-Fateh.

Kubah Masjid Agung Al-Fateh

Kubah telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi wujud sebuah masjid secara universal, setidaknya sejak abad ke 12 yang lalu. Kubah menjadi salah satu fitur dominan dari sebuah masjid dan biasa dirancang dalam  bentuk yang besar, tinggi dan dominan. Kubah masjid Agung Al-Fateh dibangun setinggi 40 meter (132 kaki) dari permukaan lantai dan berdiameter 25 meter. Sejak masa lalu kubah dibangun dengan bukaan yang tinggi dan jendela besar guna memberikan keleluasaan bagi ventilasi udara dan cahaya ke dalam masjid, kubah dengan kaidah seperti itu pertama kali digunakan dalam arsitektural Islam di tahun 691 pada bangunan masjid Kubah Batu / Kubah Mas / Dome of the Rock / Qubatus Shakrah di Al-Quds (Jerusalem) – Palestina.

Ornament dalam kubah Masjid Agung Al-Fateh (foto dari islamicarchitecturearoundtheworld ) 
Kubah besar di puncak atap masjid Agung Al-fateh keseluruhannya dibuat dari bahan fiberglass seberat 60 ton dan menjadikannya sebagai kubah terbesar di dunia yang terbuat dari bahan fiberglass. Kubah masjid Al-fateh juga dilengkapi dengan 12 jendela kaca anti noda. Sisi bagian dalam kubah di lukis dengan pola geometris membentuk pola seperti bunga merekah pada sisi tengahnya dalam balutan warna warna cerah. Keindahan sisi dalam kubah besar ini dipercantik dengan serangkaian kaligrafi Kufi melingkar dibagian dalam cincin kubah.

Lampu Gantung Masjid Agung Al-Fateh

Lampu gantung di ruang utama Masjid Agung Al-Fateh menyerupai beberapa masjid utama di Istanbul – Turki berupa satu lampu gantung utama berukuran besar dikelilingi sebuah struktur metal berukuran besar dengan melingkar diatas ruang utama dengan lampu gantung utama ditengahnya. Pada struktur melingkar itu digantung sederetan lampu lampu kaca tiup berukuran kecil memberikan pemandangan klasik di dalam ruang utama.

Sebelum dan Sesudah ::: Masjid Agung Al-Fateh saat sedang dibangun dan saat setelah selesai. foto dari situs resmi Masjid Al-Fateh

Selain di ruang utama, ruang ruang yang lain di masjid ini juga dihias dengan lampu lampu gantung kaca tiup Austria yang dirangkai pada sebuah rangka metal digantung di berbagai sudut ruang termasuk di lantai dua masjid. Benar benar unik dan klasik, mengingat sudah sangat jarang masjid masjid baru yang menggunakan lampu gantung jenis ini.

Perpustakaan Ahmed Al-Fateh

Perpustakaan Ahmed Al-Fateh memiliki koleksi sekitar 7000 judul buku, beberapa diantaranya sudah berusia lebih dari 100 tahun. Termasuk di dalamnya adalah salinan dari buku buku hadist kuno, Ensiklopedia bahasa Arab, Ensiklopedia hukum Islam, pustaka pustaka terbitan Al-Azhar terbitan lebih dari seratus tahun lalu termasuk juga majalah majalah dan sejumlah terbitan berkala lain nya.

Lampu gantung di lantai dua Masjid Agung Al-Fateh (foto dari flickr.com)

Tujuan Wisata Rohani

Selain sebagai tempat ibadah Masjid Agung Al-Fateh telah menjadi salah satu tujuan wisata utama di Bahrain, terutama sebagai objek wisata rohani. Masjid ini melayani kunjungan wisata dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Pengunjung dalam rombongan ditemani oleh pemandu yang menjelaskan detil masjid ini dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Inggris, Prancis, Fhilipina dan Rusia. Dan tentu saja masjid ditutup untuk semua kunjungan wisata pada waktu waktu sholat, Hari Jum’at dan hari hari libur nasional.

Kembali ke BAGIAN I

Ruang Utama masjid Agung Al-Fateh
Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh
Pengunjung di masjid Agung AL-Fateh dari berbagai negara
Lampu Gantung utama di ruang utama Masjid Agung Al-Fateh (foto dari Flickr)

Referensi

en.wikipedia.org – Bahrain
Situs resmi masjid Agung Al-Fateh - www.alfateh.gov.bh


Post a Comment

0 Comments