KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلّهِ …. اَلْحَمْدُ لِلّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياًّ مُرْشِداً. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ اَللهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلىَ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أما بعد ، فيا أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُوْنَ الْكِرَامُ ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا
اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Marilah
kita senantiasa menjaga kualitas iman dan taqwa dalam hati kita masing-masing
karena seseorang bisa bisa menjadi baik itu berangkat dari hatinya
masing-masing, seseorang diakatakan baik itu berdasar pada akhlak dan pekerti
yang baik.
Dalam
hadits yang ditakhrij oleh Abu Dzarr diriwayatkan dari Muadz bin Jabal dari
Rasulullah SAW, bersabda :
عن ابى ذر عن معاذ ابن جبل رضي الله
عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إِتَّقِ الله َحَيْثُمَا كُنْتَ
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اَلْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ رواه الترميذي
“Bertaqwalah dimanapun kamu berada. Ikutilah
perbuatan jelek dengan perbuatan ,baik, niscaya akan menghapusnya, berakhlaklah
kepada manuasia dengan akhlak yang baik” (HR. at-Tirmidzi).
1. Taqwa kepada Allah dimanapun kita berada
Taqwa dimanapun kita berada adalah
suatu perintah yang dianggap mudah tapi sangat sulit diperaktekkan dalam
keseharian oleh kepribadian seorang muslim, sebab dalam unsur taqwa kita merasa
bahwasannya gerak-gerik kita kita senantiasa diawasi oleh Allah SWT,, ucapan
kita, perbuatan kita bahkan uneg-uneg kita
yang masih ada dalam hati kita Alloh pun tahu, sebab Allah SWT, mempunyai sifat
: عَلِيْمٌ
(maha mengetahui),, بَصِيْرٌ(maha melihat) خَبِيْرٌ (maha mengetahui rahasia) dimana semua sifat tersebut
menunjukkan kekuasaan Allah dalam meliput semua kegiatan dan aktifitas kita,
makanya dalam al-Qur’an dijelaskan :
يَعْلَمُ خَآئِنَةَ ٱلْأَعْيُنِ
وَمَا تُخْفِى ٱلصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata
yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh
hati.” (al-Mukmin/al-Ghofir : 19)
Dalam ayat tersebut Allah SWT, senantiasa mengetahui apa-apa
yang dapat menipu pandangan manusia dan apa-apa yang ada dalam bathin manusia. Melihat ayat ini berarti kita
sebagai manusia hendaknya hati-hati dan waspada dalam bertindak berucap dan
berkeinginan.
Diceritakan
bahwasannya ada seorang kyai yang sedang menguji ketaqwaan dan keimanan seluruh
santrinya, kyai tersebut membuat sayembara kepada santri-santrinya : “siapa
yang mampu menyembelih seekor burung tanpa diketahui oleh siapapun, maka akan
memperoleh hadiah yang luar biasa”, kyai tersebut memberikan seekor, burung
kepada masing-masing santrinya, ketika sayembara dimulai diantara santri ada
yang menyembelih burung tersebut di dalam goa, ada yang di atas pohon, ada yang
dibalik semak-semak dan di tempat yang sepi, mereka mempunyai inisiatif yang
berbeda, ada satu santri yang kritis dan faham bahwasannya seseorang tidak
akan mampu berbuat sesuatu tanpa diketahui siapapun dia sadar sebab Allah
Maha Mengetahui :
إنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ
ٱلصُّدُورِ
“Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.” (QS. Ali Imron : 119)
Akhirnya satu santri ini membiarkan burungnya tidak
disembelih. Ketika sayembara telah selesai mereka berkumpul dan menjelaskan
cara dan tempat mereka menyembelih, akhirnya satu santri yang tidak
melaksanakan penyembelihan ditanya oleh kyai : “Wahai santri kenapa engkau
tidak melaksanakan perintah sayembara padahal engkau ingin menjadi pemenangnya?”.
Santri tersebut menjawab : “maaf kyai bukannya aku tidak
patuh terhadap perintah panjenengan akan tetapi bagaimana mungkin aku dapat
menyembelih seekor burung ini sementara Allah Maha Melihat atas segala
perbuatan manusia di dunia baik perbuatan itu ditampakkan maupun dirahasiakan.”
Akhirnya kyai membenarkan kepada santri ini dan memberikan hadiah sesuai yang
telah dijanjikan.
Dari .kisah ini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwasannya
dikatakan orang muttaqin adalah orang yang
senantiasa waspada dan berhati-hati dalam bertindak dan berucap sebab dia
merasa Allah hadir dalam hidupnya sebagaimana al-Qur’an surat al-Hadid : [57]
ayat 4 :
وَهُوَ
مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada.
dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hadid : [57]
4).
Dalam
unsur taqwa ini muncul kesadaran, keikhlasan seseorang dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT, kesadaran tersebut membangun prinsip bahwasannya hidup
adalah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana
tujuan Alloh menciptakan makhluk di bumi ini. Hal ini sesuai dengan firman
Allah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ
اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
“Dan kami tidak menjadikan jin dan manusia
kecuali agar mereka menyembahku” (QS. At-Thur : 56)
2.
Ikutilah kejelekan dengan kebaikan
Setiap
manusia pernah melakukan kesalahan, keburukan, kejelekan baik disengaja maupun
tidak disengaja, sebagaimana sabda Rasul :
كُلُّ بَنِي اَدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ
الْخَاطِئِيْنَ اَلتَّوَّابُوْنَ. رواه إبن ماجه.
“Setiap bani adam berbuat kesalahan dan
sebaik-baik mereka yang membuat kesalahan itu ialah mereka yang mau bertaubat”
(HR. Ibnu Majah).
Pemeluk
agama Islam senantiasa dianjurkan melakukan kebaikan-kebaikan, dimana
kebaikan-kebaikan itu mampu menghapuskan kejelekan-kejelekan baik menghapus
dosanya maupun menghapus adanya perilaku keburukan, sebab keburukan tidak
pantas kita pertahankan oleh manusia, keburukan menimbulkan kegalauan kecemasan
sedangkan setiap manusia menginginkan ketenangan. Oleh karena Islam adalah
agama yang senantiasa memberikan nasehat menuju kebaikan kepada pemeluknya
sebagaimana sabda Nabi :
اَلدِّيْنُ
اَلنَّصِيْحَةُ. قُلْنَا لِمَنْ : للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ
وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ. رواه مسلم.
“Agama adalah nasehat kami bertanya : Untuk
siapa? Untuk Alloh, kitabnya, Rasulnya, umat muslim secara keseluruhan”
(HR. Muslim).
Dalam Islam kita dianjurkan berbuat baik, seperti
dianjurkan sedekah, menyantuni anak yatim, dianjurkan memperbanyak istighfar, tasbih, takbir, tahlil, tahmid, menganjurkan
kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Hal
ini seiring dengan peristiwa yang dialami para sahabat nabi Muhammad SAW,
dimana mereka merasa iri hati terhadap orang-orang yang kaya sebab mereka orang
kaya dengan mudah masuk surga dengan modal kekayaannya mampu bersedekah kepada
oran lain, sedangkan sahabat yang miskin tidak mampu bersedakah akibat
minimnya ekonomi mereka sehingga sahabat menyampaikan kepada Rasulullah SAW,
kemudian Rasulullah saw menjawab : bukankah Alloh telah memberikan kesempatan
kepada kalian untuk bersedekah ?
إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً
وكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً وكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ
صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِمَعْرُوْفٍ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِى
بُضْعِ اَحَدِكُمْ صَدَقَةً (رواه مسلم)
“Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah sedekah, tiap-tiap takbir
adalah sedekah, tiap-tiap tahmid adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah
sedekah, tiap-tiap memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran adalah
sedekah, dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan isterinya)
adalah sedekah”
3.
Berakhlak baik kepada sesama manusia
Berbuat baik kepada sangatlah dianjurkan dalam agama. Baik
kepada Orang tua, saudara, anak dan tetangga itu termasuk wujud keimanan
seseorang kepada Allah SWT., berbuat baik kepada mereka berhukum wajib, bahkan
Islam mengajarkan agar kita berbuat baik kepada hewan, sehingga ketika
menyembelih hewanpun ada aturan yang diterapkan diantaranya, pisau harus tajam,
dihadapkan ke arah kiblat, memberikan bantal penyanggah pada kepala hewan yang
akan disembelih dan didahului dengan membaca basmalah dan
dua kalimat syahadat. Sehingga hewan yang akan
disembelih merasa tidak teraniaya.
Mudah mudahan khutbah ini memberikan motivasi kepada kita
sehingga mampu beramal baik dan menjauhi kemungkaran sehingga hidup kita akan
selamat fiddini wad dunya hattal akhiroh amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّهِ ، اَلْحَمْدُ
لِلّهِ حَمْداً شُكْراً عَلَى مَا اَنْعَمْ ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ ، اَللهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَـيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قاَئلِاً عَلِيْماً فِى الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ،
فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
H. Abd. Basit M.F, M.H.I
0 Comments