Masjid Agung kota Lumajang disebut pula Masjid
agung K.H Anas Mahfudz, Terletak di pusat kota tepatnya sebelah barat alun – alun Lumajang. Berawal dari tahun 1825 M. pasukan tentara diponegoro mendirikan sebuah langgar kecil di sebelah barat alun – alun kota Lumajang, Yakni, ketika pasukan itu berada di Lumajang.
Awal tahun 1968 masa kepemimpinan Bupati Subowo, masjid ini sempat dilebarkan ke utara dengan membongkar kantor NU dan Maarif, 1987 perluasan lahan menjadi 3 kali dari luas lahan semula. Pada tahun 1987 masa kepemimpinan Bupati karsid dilakukan pemugaran total, yang semula bangunan masjid, bergaya arsitektur jawa kuno atap joglo dirubah menjadi bangunan masjid modern beratapkan kubah setengah lingkaran. Masa pemerintahan H.Syamsi Ridwan (1988 – 1993) membangun menara tambahan pada sisi utara masjid. Pada masa pemerintahan Bupati Tamrin Hariadi (1993-1998) dilakukan peresmian nama Masjid Agung Lumajang yang pada masa sebelumnya dikenal sebagai Masjid Jami’. Setelah itu pada tahun 2002 – 2003 dilakukan renovasi besar- besaran oleh Bupati Fauzi. Renovasi dilakukan dengan perubahan tampilan depan masjid dan penambahan dua menara setinggi 30 meter di sebelah selatan masjid.
Juga terjadi perubahan nama dari Masjid Agung Lumajang menjadi Masjid Agung K.H. Anas Mahfudz. Penamaan masjid agung ini diambil dari nama ulama yang berpengaruh di Lumajang yaitu K.H Anas Mahfudz. Beliau merupakan perintis didirikannya masjid agung sekaligus perawat masjid setelah didirikannya masjid oleh Laskar Diponegoro. Penerus K.H Anas Mahfudz sampai saat ini masih menjadi pengurus ( takmir ) dari masjid ini.
Ketakmirannya masjid secara beruntun dimulai sejak Kiai Anas Machfudz sampai tahun 1980. Kemudian Kiai Maimun dan Kiai Said. Lalu diganti KH Sahlan sampai 1996. Dilanjutkan Kiai Eksan Anwar sampai 2007. Dan Kiai Amak Fadoli (mertuanya) sampai 2012. Baru kemudian, saat ini Abdul Kahfi menjadi ketua takmir masjid tersebut.
Gaya arsitektur masjid ini bercirikan khas timur tengah, menggunakan kubah lengkung panjang dan begitu pula bentuk kusennya. Kolom yang berderet panjang dengan model besar merupakan bekas renovasi kedua yang tidak di bongkar sehingga menjadikan ciri khas tersendiri dari bangunan masjid ini.
Pada kedua sisi masjid didirikan menara sebagai ikon masjid. Hal yang unik dari arsitektur masjid ini adalah kubah tumpuk yang disebabkan karena kubah lama tidak dibongkar pada saat renovasi kubah, langsung di tumpuk dengan kubah baru seperti yang di lihat saat ini.
Interior masjid ini memiliki sirkulasi yang cukup luas dengan pembagian saf wanita di sebelah kiri belakang dari bagian saf laki-laki. Pembagian tempat wudlu wanita berada di sebelah selatan dan laki-laki berada sebelah utara sehigga sirkulasi wanita dan laki-laki tidak berbenturan.
Pencahayaan di dalam masjid ini cukup baik dengan pencahayaan alami yang didapat dari kubah atas dan juga dari jendela lebar di sisi dinding selatan dan utara. Penghawaan sebenarnya sudah cukup baik meskipun tidak menggunakan penghawaan buatan ( AC ) hal ini dikarenakan terdapat ventilasi di sekeliling dinding masjid. Ventilasi ini berbentuk unik dengan pengulangan bentuk persegi yang cukup statis dan memberikan kesan simetris.
Area Lobby dan Area Tunggu di desain dengan penggabungan dua unsur, antara budaya Islam dan Lumajang. Penggunaan bentuk ornamen islam pada dinding dipadukan dengan signage yang berasal dari transformasi motif batik Lumajang pada backdrop lobby memberi kesan unik.
Desain ruangan nampak dinamis dengan bentuk lengkung pada furnitur dan pertemuan antara dinding dan plafond memberikan kesan ruang yang tidak monoton. Tampilan warna hijau yang merupakan warna khas islam dipadukan dengan warna emas dan warna natural kayu.
Area Perpustakaan memberikan kebebasan ruang gerak bagi pengunjung. Pemisahan area baca dan area simpan buku agar konsentrasi pengunjung yang membaca tidak terganggu, juga disediakan area baca lesehan. Area internet corner berada di belakang meja lobby memberi kemudahan pengunjung untuk mengakses informasi. Tersedia pula katalog digital serta fasilitas foto copy dan print.
Pada area TPA didesain multifungsi, ruang dibagi empat (4) dengan pembatas ruangan berpartisi semi transparan. Ornamen islami hadir pada dinding, lantai menggunakan parket kayu sehingga mebawa kesan hangat, nyaman di pijak tidak licin, warna dominan putih dengan aksen hijau. sehingga pengguna ruangan memberi efek tenang dan nyaman.
0 Comments