Masjid Lama Negeri Sarawak (foto dari Flickr) |
Sarawak atau Negeri Sarawak adalah salah satu Negara
bagian Malaysia. Terletak di bagian barat pulau Kalimantan berbatasan langsung
dengan Propinsi Kalimantan barat disebelah selatan, Kalimantan Timur disebelah
timur, sedangkan kawasan lautnya disebelah barat berbatasan langsung dengan Propinsi
Kepulauan Riau. Negeri Sarawak beribukota di Bandaraya (Kotamadya) Kuching.
Sungai Sarawak yang membelah Bandaraya Kuching sudah menjadi
salah satu ikon bagi kota ini. Nama Kuching sendiri menurut berbagai sumber
memang diambil nama hewan kucing. Konon pada masa lampau ketika kawasan itu
masih berupa belantara ada banyak kucing hutan yang berkeliaran di kawasan
disekitar sungai tersebut.
Sebagai sebuah Negara yang berazaskan Islam, Setiap
Negeri (Negara Bagian) di Malaysia memiliki Masjid Negeri, Masjid Negeri
dibangun dimasing masing pusat pemerintahan Negeri. (di Indonesia kita
menyebutnya dengan Masjid Agung Propinsi). Begitupula
dengan Negeri Sarawak.
Sarawak memiliki dua Masjid Negeri. Ini terjadi karena
pemerintahan Negeri Sarawak membangun kawasan pusat pemerintahan baru di Petra
Jaya, termasuk membangun Masjid Negeri yang baru. Fungsi sebagai masjid Negeri
Sarawak telah dipindahkan ke Masjid Negeri yang baru di kawasan Petra Jaya
tersebut. Tulisan kali ini mengulas Masjid Lama Negeri Sarawak, sedangkan
masjid Negeri Sarawak di Petra Jaya, Insya Allah akan di ulas dalam tulisan
berikutnya.
Masjid lama Negeri Sarawak, tampak pemakaman tua yang terawat dengan baik disekitar masjid (foto dari Flickr) |
Sekilas Sejarah Negeri Sarawak
Di abad ke 19 Sarawak merupakan bagian dari kesultanan
Brunai namun kemudian dihadiahkan kepada seorang pengembara Inggris James Brooke
atas jasanya menumpas pemberontakan di kawasan tersebut. James Brooke diangkat
menjadi gubernur Sarawak pada 24 September 1841 dan diberi gelar Rajah oleh
Sultan Brunei pada 18 Agustus 1842. Brooke hanya menguasai wilayah Sarawak yang
paling barat, di sekitar Kuching. Kenyataan berikutnya Brooke menjadikan
Sarawak sebagai kerajaan Pribadi dengan Kuching Sebagai ibukota
pemerintahannya. Ia berkuasa hingga kematiannya pada 1868. Dan diteruskan oleh
anggota keluarganya yang berkuasa hingga tahun 1946.
Pengganti James antara lain sepupunya, Charles Anthony
Johnson Brooke, dan anak Anthoni, Charles Vyner Brooke. Wilayah yang dikuasai
oleh keluarga Brooke semakin luas, dengan menguasai wilayah yang tadinya milik Brunei
hingga Brunei hanya menguasai sungai strategis dan benteng di kawasan pesisir, Brookes
sebenarnya telah merampas tanah para pejuang Muslim dan suku lokal. Dinasti
Brooke memerintah Sarawak selama satu abad dan dijuluki "Rajah
Putih",
Masjid Lama Negeri Sarawak di tahun 1847 (foto dari MASJA) |
Jepang menyerbu Sarawak pada 1941 dan menguasainya
selama Perang Dunia II berlangsung hingga pasukan Australia menguasainya pada
1945. Rajah secara resmi menyerahkan Sarawak kepada Britania pada 1946, di
bawah tekanan istrinya dan kalangan lain. Namun Anthony tidak mengakui
kedaulatan Sarawak di bawah Britania. Kaum Melayu sangat menolak upaya
kekuasaan Britania terutama dengan membunuh gubernur Britania pertama.
Sudah menjadi catatan sejarah bahwa Sarawak dan Sabah
pernah menjadi pusat perseteruan antara Malaysia dan Indonesia semasa
kepemimpinan Bung Karno, ketika Bung Karno menggelorakan semangat Ganyang
Malaysia untuk memasukkan Sabah dan Sarawak ke dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesa. Sarawak menjadi lokasi utama saat Konfrontasi berlangsung pada 1962
hingga 1966. Sarawak menjadi sebuah negara bagian berstatus otonomi di bawah
federasi Malaysia pada 16 September 1963 walaupun sebelumnya sebagian
penduduknya menolak rencana ini.
Masjid Lama Negeri Sarawak
Masjid lama Negeri Sarawak Berada di kawasan kota lama
di tepian sungai Kuching, bersebelahan dengan dermaga Brooke. Tepatnya di Jalan
Masjid, Kuching, Negeri Sarawak. Situs resmi : http://masja-sa.org.my/
Sejarah Masjid Lama Negeri Sarawak
Bangunan masjid pertama dibangun tahun 1847
Masjid Lama Negeri Sarawak merupakan masjid pertama
yang dibangun di Sarawak. Pertama kali dibangun tahun 1847 atau 6 tahun setelah
pengangkatan James Brooke sebagai Gubernur Sarawak oleh Sultan Brunai. Masjid
pertama ini dibangun oleh tokoh masyarakat melayu Sarawak Datuk Patinggi Ali. Masjid
pertama tersebut memang sangat sederhana, berbahan kayu, berdinding papan dan
beratap limas dari kayu bulian.
Imam pertama di Masjid Negeri Sarawak ini sejak tahun
1847 hingga tahun 1890 adalah Datuk Patinggi Haji Abdul Gafur yang merupakan
menantu dari Datuk Patinggi Ali. Tugas sebagai imam diteruskan oleh imam kedua,
Datuk Bandar Haji Bolhassan, putra dari Datuk Patinggi Ali. Imam ketiga masjid
ini adalah Datuk Imam Abdul Karim dan dilanjutkan oleh imam ke –empat, Abang
Haji Mataim yang juga putra Datuk Patinggi Ali.
Bangunan Masjid Lama Negeri Sarawak tahun 1880. Bangunan masjid beton beratap limas bersusun tiga dari bahan kayu bulian. Atap seperti ini sama persis dengan masjid masjid di Indonesia (foto dari MASJA) |
Renovasi Tahun 1880
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut
masjid yang ada sudah tak lagi mampu menampung jemaah yang terus bertambah.
Tahun 1880 masjid tersebut mengalami renovasi dan mulai dibangun dengan tiang
cor dan lantai semen. Bentuk masjid yang sudah di beton ini masih dengan atap
limas bersusun dari bahan kayu bulian. Atap limas seperti layaknya masjid
masjid di Indonesia itu bertahan hingga tahun 1920-an.
Renovasi tahun 1929 – 1930
Tahun 1929 para tokoh Islam, para datuk dan masyarakat
Muslim dengan bantuan dari pemerintahan Gubernur Brooke, melakukan renovasi dan
perbaikan terhadap masjid ini. renovasi tahun 1929 ini menambahkan kubah di
atap masjid dengan sentuhan eropa menggantikan satu tingkat dari 3 atap
limasnya. Renovasi tersebut juga mengganti pintu pintu masjid dengan pintu
pintu dan jendela jendela besar khas bangunan Eropa. Keseluruhan renovasi itu
selesai tahun 1930. Bangunan hasil renovasi tahun 1929-1930 ini bertahan hingga
tahun 1967
Masjid Lama Negeri Sarawak tahun 1930 (foto dari MASJA) |
Pembangunan Masjid Tahun 1967-1968
Tahun 1958 Badan Lembaga Amanah Kebajikan Masjid Besar
Kuching yang kala itu jabatan presidennya dipegang oleh Mufti Sarawak Tuan Haji
Yusof Shibli, membentuk Jawatan Kuasa Tabung Derma Lembaga Lembaga Amana
Kebajikan Masjid Besar Kuching dengan setiausahanya dipercayakan kepada Ustazd Haji
Abdul Kadir Hassan untuk mengumpulkan dana bagi perbaikan masjid. Lembaga amal
ini berhasil mengumpulkan dana sebesar RM 30,000. dari kaum muslimin Sarawak.
Jumlah tersebut masih jauh dari cukup untuk membangun
sebuah bangunan masjid baru yang lebih besar. Tahun 1964 Yang
Berbahagia.Datuk.Abang Haji Sapuani, P.N.B.S dipilih menjadi Yang dipertua
Lembaga Amanah Kebajikan Masjid Besar Kuching, beliau beserta para staf nya
bertekad melanjutkan usaha untuk membangun masjid ini. beliau tidak saja
mengumpulkanan dana dari kaum muslimin tapi dari seluruh warga. Ketika itu
dibentuklah Jawatan Kuasa Kerja Tabung Derma Masjid yang diketuai oleh Yang
Berbahagia Datuk Abang Haji Maszuki Nor. P.N.B.S.
Masjid Lama Negeri Sarawak ketika di robohkan tahun 1967 (foto dari MASJA |
Bulan Februari 1966 Yang Teramat Mulia Tunku Abdul
Rahman Putra Al-Haj, Perdana Meteri pertama Malaysia di undang untuk melakukan
peletakan batu pertama proses renovasi Masjid Besar Kuching. Ketika tiba di
lokasi Tunku Abdul Rahman menganggap bahwa bangunan masjid yang ada sudah tidak
layak untuk jadi Masjid Negeri Sarawak dan beliau mengusulkan untuk mengganti
bangunan masjid tersebut dengan bangunan masjid baru yang lebih reresentatif.
Rencana tersebut diterima dengan baik oleh para tokoh
muslim Sarawak meski untuk proses pembangunan tersebut diperkitakan membutuhkan
dana sekitar 1 juta ringgit Malaysia, dana yang cukup besar kala itu. Setahun
kemudian di tahun 1967 bangunan masjid yang lama dirobohkan menggunakan bom.
Dan proses pembangunan masjid baru pun dimulai.
Tahun 1968 sebuah bangunan masjid baru dengan
arsitektur yang sama sekali berbeda dengan masjid sebelumnya sudah berdiri
megah di atas teratak bangunan lama. Bangunan masjid baru ini diresmikan oleh Yang
di-Pertuan Agung Malaysia pada tanggal 20 Oktober 1968. Bangunan hasil
pembangunan tahun 1967-1968 inilah yang kini masih berdiri kokoh hingga hari
ini.
Masjid
Besar Negeri Sarawak yang baru ini mampu menampung jemaah hingga 4000 orang
sekaligus. Kawasan masjid ini seluas 4 hektar, bangunan nya berada satu kawasan
dengan Prasasti peringatan perang, Kantor Penerangan Malaysia, Rumah sakit dan
kantor kantor pemerintahan lain nya. Kala itu tak jauh dari masjid ini juga
berdiri Hotel Arif milik seorang pengusaha bumiputra, serta taman bermain.
Masjid ini dilengkapi dengan lapangan parkir yang cukup luas. Disekiling masjid
ini merupakan pemakaman muslim sejak pertama masjid ini berdiri di tahun 1847.
Sedangkan di sisi belakang masjid mengalir tenang sungai Sarawak.
Masjid Lama Negeri Sarawak dengan latar belakang Sungai Sarawak (foto source) |
Sumber pendanaan pembangunan masjid ini sebagian besar
berasal dari pemerintah Malaysia di Kuala Lumpur. Dana awal sebesar RM.
250,000. Sumbangan dari Perdana Menteri pertama Malaysia Tunku Abdul Rahman
sebesari RM. 100,000. Sumbangan dari Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul
Razak sebesar RM. 150,000. Jumlah keseluruhan dana dari pemerintah pusat
Malaysia sebesar RM. 500,000. Ditambah dengan dana dari masyarakat dan
pemerintah negeri Sarawak.
Arsitektur Masjid Lama Negeri Sarawak
Aroma arsitektur India sangat terasa di masjid ini.
menara menara kecil lansing, menyatu dengan bangunan utama masjid, kubah bentuk
bawang di puncak bangunan utama masjid, menghadirkan suasana bangunan bangunan
dinasti mughal Indida di tanah melayu Malaysia Timur.
Masjid Lama Negeri Sarawak,
Sungai Sarawak di latar depan dan gedung bertingkat Bandaraya Kuching di latar belakang (foto dari Wikipedia) |
Disamping kubah utama terdapat empat lagi kubah bawang
dengan ukuran lebih kecil di atap masjid ini mengitarai kubah utam. Empat
menara ramping di kempat penjuru bangunan utama masjid. Ditambah lagi empat
menara di masing masing mengapit dua pintu utama sisi kiri dan kanan masjid.
Sentuhan Eropa pada bangunan masjid sebelumnya yang
selesai dibangun tahun 1880 sama sekali menghilang dari bangunan baru ini.
kesemua kubah yang ada di cat dengan warna ke emasan. Warna ke emasan dalam
tradisi melayu merupakan perlmabang kemakmuran, kebesaran dan kemegahan. Itu
sebabnya kebanyakan kesultanan Melayu menggunakan warna emas atau warna kuning
sebagai warna kebesaran. Meski fungsi sebagai masjid negeri sudah beralih ke
masjid besar di Petra Jaya namun masjid ini masih menjalankan fungsinya sebagai
tempat ibadah utama bagi muslim di kawasan tersebut.
Pengelolaan Masjid Lama Negeri Sarawak
Masjid Lama Negeri Sarawak atau juga dulunya disebut
Masjid Besar Negeri Sarawak dikelola oleh Lembaga Amanah Kebajikan Masjid
Negeri Sarawak (LAKMNS), lembaga ini didirikan tahun 1958 dengan nama Lembaga
Amanah Kebajikan Masjid Besar Kuching. Lembaga ini dikukuhkan sebagai badan
hokum dengan nama The Masjid Besar (Kuching) Charitable Trust tahun 1960.
7 Januari 1981 lembaga tersebut berubah menjadi Masjid
Negeri Sarawak Charitable Trust atau Lembaga Amanah Kebajikan Masjid Negeri
Sarawak. 19 Mei 1994 permohonan untuk pengesahan dari parlemen diajukan ke
Parlemen Sarawak (Dewan Undangan Negeri) dan pada 3 Juni 1994 Dewan Undangan
Negeri mengesahkan peraturan baru tentang lembaga lembaga sosial di Sarawak.
Peraturan baru itu memberikan peluang bagi lembaga lembaga social termasuk
LAKMNS untuk membetuk badan usaha dan turut serta berkecipung dalam bidang
ekonomi. Tentu saja hal ini memberikan implikasi positif bagi perkembangan
lembaga lembaga Islam yang sudah berbadan hokum di seluruh Negeri Sarawak.
Foto foto Masjid Lama Negeri Sarawak
Sudut lain masid lama Negeri Sarawak (Foto dari geolocation) |
Masjid Lama Negeri Sarawak dilihat dari arah sungai Sarawak (foto dari geolocation) |
Masjid Lama Negeri Sarawak (foto source)
|
Referensi
0 Comments