Masjid Raya Darussalam Samarinda, Kalimantan Timur. dilihat dari arah Sungai Mahakam (foto forumbebas) |
Berdiri megah
di tepian sungai
Mahakam, Masjid Raya Darussalam menghadirkan nuansa Turki Usmani di
pusat kota Samarinda ibukota propinsi Kalimantan
Timur. Masjid bergaya Turki Usmani
(Otoman) dapat dengan mudah dikenali dari bentuk menara nya yang dibuat
seramping dan setinggi mungkin. Menara dalam bentuk ini memang memberikan kesan
yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan masjid bergaya Arabi seperti pada Masjid
Islamic Center Samarinda yang juga berlokasi ditepian sungai Mahakam
dan terpaut tak terlalu jauh jaraknya dari masjid ini.
kubah utama Masjid Raya Darussalam (foto dari panoramio) |
Masjid
Raya Darrusalam adalah masjid terbesar kedua di Samarinda
dan di provinsi Kalimantan
Timur setelah Masjid
Islamic Center Samarinda. Masjid Raya Darussalam dari kejauhan-pun langsung
dapat dikenali dengan empat menara tinggginya yang dibangun di ke-empat penjuru
bangunan utama masjid ditambah dengan kubah besar warna hijau di atap tengah
masjid dan di apit oleh beberapa kubah berukuran kecil.
Lokasi Masjid Raya Darussalam – Samarinda
Masjid Raya
Darussalam berada di di
kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda
Ilir, kota Samarinda, propinsi
Kalimantan Timur. Kelurahan Pasar Pagi merupakan salah satu pusat keramaian kota Samarinda. Pasar pagi yang menjadi nama kelurahan ini
benar benar bangunan pasar pagi yang letaknya hanya terpisah satu blok bangunan
dari Masjid Raya Samarinda.
Koordinat geografi : -0°30'11"N 117°8'51"E
Lihat Masjid Raya Darussalam Samarinda di peta yang lebih besar
Sejarah
Masjid Raya Samarinda
Bangunan awal
masjid Raya Darussalam dibangun oleh para saudagar Bugis dan Banjar yang
tinggal di Samarinda
sekitar tahun 1925. Lokasinya saat itu berada di tepian sungai Mahakam diatas
lahan berukuran 25 meter x 25 meter. Sejak dibangun pertama kali telah
mengalami beberapa kali perbaikan diantaranya tahun 1953 dan 1967 meski tanpa
merubah ciri khasnya. Sejak pertama kali dibangun masjid ini sebagai masjid
Jami’ (masjid yang dipakai untuk sholat Jum’at selain sholat lima waktu
lainnya).
Seiring dengan kemajuan Kota Samarinda yang semakin pesat dibutuhkan
bangunan masjid yang lebih besar dengan lahan yang lebih luas, maka lokasi
masjidpun bergeser ke
Jalan Yos Sudarso dengan lahan seluas
sekitar 15 ribu meter persegi. Bangunan masjid yang kini berdiri adalah hasil
pembangunan tahun 1990-an, diresmikan penggunaannya oleh Dr. H. Tarmizi Taher - Menteri Agama RI, pada tanggal 21 Rabi'ul Akhir 1418H bertepatan dengan tanggal 25 Agustus 1997M. Masjid berkonstruksi
beton ini berlantai tiga dan
dapar menampung sekitar 14.000 jemaah. Di
lingkungan masjid ini dilengkapi taman, kolam dan perpustakaan.
Masjid Raya Darussalam Samarinda dari arah Jalan Gajah Mada yang membentang di depan masjid ini (foto skyscrapercity) |
Di bulan
September tahun 2010 sempat ada wacana untuk mengubah Masjid Raya Darussalam
menjadi Masjid Agung. Wacana tersebut dikemukakan Kanwil Kemenag Kaltim, dasarnya adalah Keputusan Menteri Agama
(KMA) Nomor 394 tahun 2004 tentang penetapan status masjid wilayah. Di sana
disebutkan, di satu propinsi,
harus ada masjid yang disebut masjid raya. Sementara tingkat kabupaten/kota
bernama masjid agung.
Wacana
tersebut langsung mendapat penolakan dari Wali Kota Samarinda Achmad Amins,
penolakan dari walikota ini di dukung oleh tokoh masyarakat Samarinda termasuk
dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) sebagaimana disampaikan oleh sekretaris DMI Samarinda, HM Yusuf
Mugenie. Penolakan tersebut didasarkan pada alasan sejarah dan
demi menghormati para pendiri masjid Raya Darussalam, ditambah lagi fakta bahwa
nama Masjid Raya sudah melekat di hati masyarakat Samarinda dan Kaltim.
Dua Masjid Megah di tepian sungai Mahakam, di latar depan adalah - Masjid Raya Darussalam Samarinda sedangkan Masjid di belakangnya adalah Masjid Islamic Center Samarinda, keduanya tampak begitu indah di gelap malam kota Samarinda (foto skyscrapercity) |
Arsitektural Masjid Raya Darussalam – Samarinda
Turki Usmani atau dalam lidah orang Eropa yang tak pandai menyebut Usmani berubah
menjadi Otoman,
mewariskan seni bina bangunan masjid dengan gayanya sendiri ditandai dengan
beberapa ciri utama diantaranya adalah bentuk menara seperti yang sudah sedikit
disinggung di awal, menara masjid bergaya Usmani ditandai dengan bentuk bundar,
ramping, tinggi menjulang dengan puncak menara yang meruncing dan tak pernah
absen lambang bulan sabit di ujung tertinggi menara.
Di Masjid Raya
Darussalam Samarinda empat menara masjid diletakkan di empat penjuru bangunan
utama masjid. Warna putih mendominasi bangunan menara. Sedikit keunikan pada
kubah utama Masjid Raya Darussalam ini, kubah utama berukuran besar itu diapit
oleh delapan kubah berukuran lebih kecil yang menempel pada kubah utama. Empat kubah
lebih kecil juga menghias ke empat penjuru atap masjid ini. Ornamen khas
Kalimantan menghias sisi luar masing masing kubah memberi keistimewaan
tersendiri bagi masjid ini.
Masjid Raya Darussalam dipandang dari menara utama Masjid Islamic - Center Samarinda (kompasiana) |
Masjid Raya
Samarinda dilengkapi dengan Beranda dengan bukaan besar berlengkung, sana
seperti beranda keseluruhan jendela masjid ini juga dilengkapi dengan ornamen
lengkungan. Masuk ke dalam masjid, akan dijumpai ruang sholat yang lega tanpa
tiang tiang penyanggah struktur atap di tengah masjid. Ruang sholat Masjid Raya
Samarinda dilengkapi dengan lantai mezanin. Secara keseluruhan Masjid Raya
Samarinda mampu menampung jemaah hingga empat belas ribu jemaah sekaligus.
Warna hijau
mendominasi warna karpet sejadah di ruang sholat, warna yang senada dengan
warna plafon (langit langit) masjid. Seperti kebanyakan masjid masjid lainnya,
dinding sisi mihrab masjid Raya Darussalam Samarinda juga dilapis dengan bahan
bewarna lebih gelap dibandingkan sisi dinding yang lain. Dan tak ketinggalan
juga lampu lampu gantung di pasang dilangit langit masjid turut memperindah
masjid ini.
Fasad masjid Raya Darussalam Samarinda (foto dari skyscrapercity) |
Aktivitas
Masjid Raya Darussalam – Samarinda
Walaupun Masjid
Islamic Center Samarinda telah rampung dibangun, tetapi masyarakat samarinda
masih tetap menyukai beribadah di Masjid Raya. Karena dari segi letak masih
dekat dengan lingkungan pemukiman. Masjid ini pun pernah mengukir sejarah. Pada
bulan Ramadhan 2006, Presiden SBY bersama Ibu Ani Yudhoyono pernah singgah ke
ke Masjid Raya Darussalam untuk melaksanakan sholat Tarawih berjamaah bersama
masyarakat Kaltim dipimpin imam K.H.Ramly.
Di dua hari
raya Masjid Raya Darussalam ini dipadari ribuan jamaah dari berbagai penjuru kota
Samarinda
seperti yang terjadi pada sholat hari raya idulfitri pada Rabu 31 Agustus 2011
lalu. Pada kesempatan tersebut turut hadir Walikota Samarinda
Syaharie Jaang dan Wakil Walikota Nusyirwan Ismail serta para ulama dan tokoh
masyarakat diantara ribuan jemaah lainnya.
Foto Foto
Masjid Raya Darussalam Samarinda
Masjid Raya Darussalam dengan kubahnya yang sudah diperindah dengan ornamen khas Kalimantan |
Interior Masjid Raya Darussalam Samarinda (foto halamanrohmad) |
pemandangan malam yang begitu indah di tepian sungai Mahakam dengan dominasi kubah dan menara masjid Raya Darussalam (foto dari herryimagery) |
Menjelang malam di Masjid Raya Darussalam Samarinda (skyscrapercity) |
Presiden SBY di Masjid Raya Darussalam Samarinda (presidensby) |
Referensi
----------------------------------ooOOOoo----------------------------------
0 Comments